ada yang terkapar dipapar nasib
melunglai sangsai di bawah roda
bapa tiada ibu terpenjara
hidup liar mencari cahaya
tubuh-tubuh lemah berurap semangat
buku sebiji pinsil tumpul tak beraut
melangkah menabur debu jalanan
sandang tak padan
kasut usang mangap laksana
mulut cengap cengap
"mari makan, dik, sungguh lezat lauk hari ini."
diangsurkan pipih irisan pepaya mengkal
disantap sebagai rendang padang berkuah kental
"jika malam nanti tlah tiada nasi
baiklah kita berhibernasi"
kata dieja aksara dibaca
hidup tak selalu demikian adanya
ditadahkan tangan merunduk pada Yang Satu
yakin teguh sesuatu telah menunggu
ada yang tersenyum menyambut pagi
toga dipasang kepala berisi
cerah mentari memulai hari
awali langkah dengan pasti
"bapa ibu mutiara hati
jujur langkahmu selamatkan kami
bapa ibu restui langkah kami
buat mengabdi esok hari"
Tj. Morawa, 29/ November/ 2011
About Me
Pola hidup dan pola pikir kita sekarang, akan sangat menentukan keadaan kita di masa datang. Harta, keangkuhan, keegoisan dan kesombongan, bila tak pandai mengelolanya hanya akan semakin merendahkan diri kita sendiri , Mari kita memanfaatkan waktu seefisien mungkin untuk kebaikan, jangan sampai kita menyadarinya di batas kemampuan. Sebuah renungan dari seorang sahabat...Baca...
Ruang Renungan
Ruang Sehat
Buku Tamu
pada suatu masa
Kamis, 31 Mei 2012
Diposting oleh Sokanindya Pratiwi Wening di 5/31/2012 09:17:00 PM
Label: Adik, Catatan Sokanindya Pratiwi Wening, Nasib, Pada Suatu Masa, Ruang Puisi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar