dari sini setiaku menyinari

Rabu, 13 Juni 2012

bulan bulat pucat

membandul di langit tak berdentang di pusaran waktu

aku terpasung meregang tanpa kejora

malam adalah sepi memekat menjerikan




ini bukan malam pertama bulan seperti itu

namun aku terlalu bodoh tak mahir membaca

hanya ingin bertahan

tangguh pada diam malam yang panjang




dingin menyembilu mengiris tipis tipis

embun pun bukan penyembuh saat merasuk

pembuluh beku melumpuhkan segala ada

bibir penuh luka mata membuta gulita





bulan makin pucat layu

dipeluk bias mentari yang punya hari

sapa ramah dari kerajaannya

menabur membenih





geliat kecil adalah tanda kehidupan

perlahan menghampiri dan mengajakku berdiri

di kulminasinya ia titahkan,



"bersegeralah, mumpung belum senja

lepaskan tongkat rapuh itu, pakai kakimu, gunakan indramu

yakin, tangan gemetarmu menyimpan benih kehidupan

taburkan....taburkan.

jika esok aku hadir lagi, benihmu telah menyemai

suburkan...suburkan.

uruk, gemburkan kebekuan untuk jadi huma tanpa gulma.

dari sini, setiaku menyinari...."





bulan membentuk sabit di langit tanpa noktah

jernih sejernih senyum sang perawan

menitip makna tanpa kata di jiwaku



angin dengan titik air mampir menyilir

halus lembut mengelus

basuh luka-luka mengering....









Tj. Morawa, 14/ Desember/ 2011

(yakin, besok akan cerah!)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Janganlah putus asa dalam keterpurukan jalan hidupmu, percayalah TUHAN pasti mengirim malaikatnya tuk mengangkat kembali hidupmu dari keterpurakan , percayalah siapapun yang menolongmu itu pasti atas kehendakNYA,......salam hangat penuh kasih MA'E

Posting Komentar

 
 
 

Ruang Komentar

Bunga Kesayangan

Bunga Kesayangan

Popular Post

 
Copyright © Ruang-ruang Hati