dari ranting cemara

Kamis, 31 Mei 2012

sritiku pulang senja

hinggap di ranting cemara

rampingnya tak lagi memanja

sriti lincahku terpaku di ujung daun

biarkan tubuhnya dibasah embun

suaranya tak kudengar mengalun

tlah kukenakan pakaian paling purba

demi menemu sriti tempatku setia

kupatuk paruhku tajamkan indra

mana sritiku yang ceria

yang paruhnya lincah bernyanyi

morula, blastula, gastrula....

di hutan saat cinta bermula?

kucari pada kicau lincahnya

hukum mendel, segregasi, pun reaksi kimia

hemofilia, buta warna, dan penyakit turunan lainnya

kupendam bara pada mata jenakanya

kuukir cinta pada lincah jemarinya

kutitip syair seloka pada nyanyiannya

tlah kukenakan pakaian paling purba

demi menemu sriti tempatku setia

dari ranting cemara memerah

sritiku menggelepar tumpahkan amarah....

"kau jantan paling bodoh sedunia!

buang paruhmu jika tak jua bisa bicara

mengapa mengabaikan rasa

membiarkan rindumu membatu di kutub pikiran?"

dari mata angin paling utara

kusilirkan angin mendamba

"duhai sritiku manja

bagaimana aku bisa bicara

jika selamanya tak kau buka kuncinya?

lihat aku

sedikit mesti  kau tahu

semua masih kutitip padamu"

Tj. Morawa, 28 November 2011