dari sini, setiaku menyinari

Kamis, 24 Mei 2012


bulan bulat pucat
membandul di langit tak berdentang di pusaran waktu
aku terpasung meregang tanpa kejora
malam adalah sepi memekat menjerikan


ini bukan malam pertama bulan seperti itu
namun aku terlalu bodoh tak mahir membaca
hanya ingin bertahan
tangguh pada diam malam yang panjang



dingin menyembilu mengiris tipis tipis
embun pun bukan penyembuh saat merasuk
pembuluh beku melumpuhkan segala ada
bibir penuh luka mata membuta gulita


bulan makin pucat layu
dipeluk bias mentari yang punya hari
sapa ramah dari kerajaannya
menabur membenih


geliat kecil adalah tanda kehidupan
perlahan menghampiri dan mengajakku berdiri
di kulminasinya ia titahkan,

"bersegeralah, mumpung belum senja
lepaskan tongkat rapuh itu, pakai kakimu, gunakan indramu
yakin, tangan gemetarmu menyimpan benih kehidupan
taburkan....taburkan.
jika esok aku hadir lagi, benihmu telah menyemai
suburkan...suburkan.
uruk, gemburkan kebekuan untuk jadi huma tanpa gulma.
dari sini, setiaku menyinari...."


bulan membentuk sabit di langit tanpa noktah
jernih sejernih senyum sang perawan
menitip makna tanpa kata di jiwaku

angin dengan titik air mampir menyilir
halus lembut mengelus
basuh luka-luka mengering....




Tj. Morawa, 14/ Desember/ 2011
(yakin, besok akan cerah!)

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

Ruang Komentar

Bunga Kesayangan

Bunga Kesayangan

Popular Post

 
Copyright © Ruang-ruang Hati