dari ranting cemara

Kamis, 31 Mei 2012


sritiku pulang senja
hinggap di ranting cemara
rampingnya tak lagi memanja

sriti lincahku terpaku di ujung daun
biarkan tubuhnya dibasah embun
suaranya tak kudengar mengalun


tlah kukenakan pakaian paling purba
demi menemu sriti tempatku setia
kupatuk paruhku tajamkan indra

pada suatu masa

ada yang terkapar dipapar nasib 
melunglai sangsai di bawah roda 
bapa tiada ibu terpenjara 
hidup liar mencari cahaya 

tubuh-tubuh lemah berurap semangat 
buku sebiji pinsil tumpul tak beraut 
melangkah menabur debu jalanan 
sandang tak padan 
kasut usang mangap laksana 
mulut cengap cengap

inang pangittubu


jangan tanya padaku, nak
berapa air mataku tumpah buatmu
jangan pula kau tanya aku
bagaimana puting susuku menjelma jiwamu

ini cinta, oh hasianku na lagu
pada cinta tak ada kalkulasi untung rugi
tak dibutuhkan ilmu ekonomi
cintaku ruah melumuri hatimu
tak kuragu, untuk itu aku kehilangan ragaku

pada purnama kita bertemu


hasian,
 ini purnama ke sebelas di sembilan kali bumi mengitari mentari
aku ingin menemu engkau di rembulan itu
mempersembahkan senyum termanisku hanya untukmu
sebab hanya engkau yang pantas menerimanya


hasian,
di rentang yang panjang rinduku diasuh sepi
dekap hangatmu hanya berupa beku angin dingin
renyah tawamu tersaput rintih gerimis
kugapai-gapai hangat cintamu
namun kau pergi jauh tinggalkan aku sendiri
melampai, melanas di bumi yang ganas

Rumah Kita yang Wangi


Ini kisah belasan tahun lampau. Saat itu anak sulungku masih berusia tiga tahun. Aku mengalami kecelakaan yang mengharuskan aku mesti menginap sebulan lebih di rumah sakit dan selanjutnya masih harus menjalani rawat jalan selama berbulan-bulan lagi.

Dengan berbagai pertimbangan dan alasan, sepulangku dari rumah sakit, aku tidak pulang ke rumah, melainkan ke rumah kakak ipar, yang berupa sebuah ruko, di daerah pecinan. Rumah ini dipilih karena inilah rumah terdekat dari rumah sakit. Hal ini akan memudahkan aku untuk menjalani rawat jalan.

Sepucuk Surat Buat Abang

Selasa, 29 Mei 2012


"Bang, pulanglah sebentar ke rumah kita yang wangi. Ada yang ingin Mama sampaikan padamu. Ada yang ingin Mama titipkan untuk kau panggul di bahumu.
Ini tidak akan berat buatmu, Mama yakin, karena selama ini kita telah banyak memikul beban berdua. Kau sudah terlatih.


Ada yang terlambat Mama sadari. Selama ini Mama berpikir bahwa Adek tidak butuh siapa-siapa selain Mama. Rupanya Mama salah! Adek juga butuh dirimu. Bahkan melebihi kebutuhannya akan Mama.

dari dunia kecil

Kamis, 24 Mei 2012


kepada yayi, sang malaikat kecil



yayi,
aku ingin bersamamu menemani
bermalam malam berhari hari
bermalam berhari singgah di duniamu yang berseri
dunia putih tanpa ambisi



pun kuingin mengajakmu menautkan hati
kita melanglang di ceria duniamu
bermain petak umpet di balik awan putih
sambil menghitung satu dua hingga berapa kau suka
membuat istana pasir di pantai swarga berwarna biru

menjemput sunyi


segala musim menghampiri
kering di kala terik, meranggas, melanas
layu terendam pada banjir membadai
perih membatu di dingin salju melumas



derita bukan sekedar cerita
tawa....lama tak singgah di mata
kubang duka mematri
di jejak hitam tak memutih

dari london kutulis ini buatmu, ann


ini bukan puisi... biarlah....


jam berapa saat ini waktu indonesia, ann?
mungkin kau tlah lelap dalam pelukan mimpi
meski selalu kurindu untuk kau lelap dalam pelukku

ann, aku sedang mengingatmu amat sangat
dan ini bukan yang pertama
berganti musim hanya rindu yang kusemai
untuk satu waktu kelopaknya dapat kau belai

dari sini, setiaku menyinari


bulan bulat pucat
membandul di langit tak berdentang di pusaran waktu
aku terpasung meregang tanpa kejora
malam adalah sepi memekat menjerikan


ini bukan malam pertama bulan seperti itu
namun aku terlalu bodoh tak mahir membaca
hanya ingin bertahan
tangguh pada diam malam yang panjang

rinduku melampaui jiwa yang kasmaran


gerimis luruh halus menyerupa embun
membelai tak bersuara di gigil pagiku
menyelipkan damai pada jiwa
mencipta kehangatan di bulir-bulir bening sudut mata

mataku nyalang di sepertiga malam
hatiku jalang mencari cari ingin dipuasi
tak ingin memejam takut kehilangan lagi
...rindu kali ini lain sekali

aku si durhaka itu, bersimpuh
menyurukkan sesal di duli-Mu
alpaku karena kehilangan cinta
menulikan indra di tiap seru seru cinta-Mu

Ayam Tim

Minggu, 20 Mei 2012



Bahan:
1 ekor ayam kampung
(berat 1 kg)
4 butir telur asin
1 kaleng kecil jamur kancing
30 gr jamur hioko
25 gr ang cho
10 gr biji teratai (dipecah)

Bumbu:
1 ons bawang merah
5 siung bawang putih
seruas jahe
merica

perempuan bersanggul cemara

ini tentang perempuan itu 
bersanggul cemara, berkebaya sutra, berkain batik tulis 
berselimut bulu angsa berbalur cinta 
senyum sumringah mengundang matahari 
setiap pagi 

ini tentang perempuan itu 
dijemput takdir, terjungkir 
sanggul cemara, kebaya sutra, kain batik tulis 
terbakar tak berbilang hari, mendebu .... 
mataharinya menelusup kabut 
harinya di ujung maut siap dicabut 

usai


tak ada noktah berwarna amarah
pun pilu tlah tersaput waktu
kasur dan dapur lama
tak lagi beraroma engkau

rindu adalah serupa jejak melesap
terurai dari kumparan waktu
yang masai
detikdetaknya kau biarkan lalu....

puisi dan bunga


puisi dan bunga....

puisiku tak bercerita tentang putik gemutik kembang setaman
dan bungaku pun sepi dari riuhnya alun puisi

puisi dan bunga
puisi adalah hariku
bunga adalah hariku
menitku detikku

perempuan itu tak pernah menutup pintu

kutulis buat seorang perempuan yang begitu kucintai, Ng Bie Lien
Kiong Hi Fat Coi, Mama!



Lebih dua puluh kali musim semi lalu, aku mengetuk pintu 
menemu senyum perempuan berwajah rembulan,
berhati basah

ada asuh dalam tiap tutur katanya
ada silir sejuk dalam tiap sentuh jemarinya
ada warna pada pendar matanya....

tidurlah, aku di sisimu menulis sirat cinta


ini dalam diam
diam ini menyesapkan rasa bahagia
menguar dari hela napas damaimu
menembusi poriku melahirkan senyum purnama

sungguh dalam lelapmu pun aku tak ingin jauh
memandang mata katupmu selaraskan nada nadiku
sedang dengkur halusmu kunikmati sebagai kidung swarga
memintaku mengecup lembut tepat di puncak bibirmu

Sepucuk Surat Buat Ibu Suri

Sabtu, 19 Mei 2012


Mak,
Ini hari ulang tahunmu. Jika engkau masih bersama kami, kita akan merayakan ulang tahunmu yang ke-87, hari ini.

Aku masih ingat ketika merayakan ulang tahunmu terakhir, yang ke-77, aku rela membolos mengajar demi dapat merayakan ulang tahunmu saat itu. Engkau memuji cake buatanku sebagai kue paling enak sedunia.

lebih dari duapuluh kali musim semi


senja kembali menyaga
aku tak tahu apakah di situ masih ada bias cinta yang kusampirkan  
lebih dua puluh kali musim semi lalu

aku tak lagi peduli,
serupa malam yang tak peduli angin masih ingin memanja senja
sebentar ia 'kan merenggutnya
masuk ke dalam gelap ataupun purnamanya

yayi, puisi terindah

Selamat pagi, yayi....
Aku bahagia saat  kau katakan,
"Sebentar lagi aku akan masuk SD!"







yayi,
tahukah engkau, sahabat kecilku
bahwa banyak hal telah tak kupedulikan?
seperti saat ini
aku tak peduli apakah engkau sahabat mayaku
aku tak peduli apakah engkau peduli aku

adinda, betapa aku mencintaimu


maka,
bernyanyilah burung di dahan cemara nan menghijau
mengalirlah tenang sungai jernih ke muara
menyilirlah sepoi angin membelai, mendesau...

adinda,
ini, di sini huma kita yang sederhana
ku dan kau bangun oleh dan demi satu kata
cinta....

Cumi Isi

Bahan:


Isi:
Daging ayam cincang
Udang cincang
Jamur hioko, boleh diganti bengkuang atau wortel. Cincang.
Telur
Merica bubuk
Kecap encer 


Mi Rebus

Jumat, 18 Mei 2012



BAHAN

mi kuning untuk mi rebus
tauge, buang akarnya
daging sup, potong dadu
gula merah, iris halus
tepung maizena


BUMBU HALUS


bawang merah
bawang putih
seiris jahe
merica
pala
ebi
garam

Sayur Asem (original receipe from cafe Fiestra)



Bahan:100 gr udang segar3 tungkul jagung200 gr melinjo1 buah labu siam/jipang1 buah terung ungu5 buah terung telunjuk100 gr kacang panjang100 gr kacang tanah segar10 helai daun kol10 helai daun melinjo
Bumbu:10-15 biji cabe merah1 buah tomat yg besar6 buah bawang merah1 siung bawang putihseruas jahe1-2 buah kemiri (kalau suka)Semua bumbu dihaluskan

Ini Rezeki Nomplok?

Kamis, 17 Mei 2012

Selepas Isya, kuaktifkan ponselku yang tadi kucas. Tak lama beberapa SMS masuk beruntun. Yang paling menarik adalah salah satu SMS yang berasal dari MKios, yang mengatakan bahwa pulsaku telah diisi dengan pulsa sebesar seratus ribu rupiah! Jumlah yang tidak sedikit menurut ukuran kantongku.

Di antara rasa senang, tebersit rasa heran juga. Siapa gerangan yang sudah mengisikan pulsaku sebanyak itu. Segera inginku menghubungi seorang kakak yang biasa mengisikan pulsaku guna bertanya apakah beliau yang mengisikan pulsa,sekaligus akan mengucapkan terima kasih.

gugat dia!


"gugat dia!", suaramu memecah pagi
biru dadaku membusuk
layu

bara  matamu
pisau mulutmu

seolah tak kukenali lagi
mulut yang dulu menyesap putingku
mata yang menelaga teduh
disesak badai hari-hariku

ada anak bertanya pada ibunya


"ma, badai itu warnanya apa?"

"berdirilah tepat di depanku."

"lalu?"

"pergilah ke ayahmu, dan berdirilah pula tepat di depannya!"

"lalu...?"

"pandang lekat-lekat kami berdua. perpaduannya, itulah BADAI!"




Tj. Morawa, 01/03/2012

senja di kotamu


"tak ada yang dapat kuingat, mak!"


layang layang pulang senja
mengibas kabut memekat
meliuk sunyi menarikan nasib
dengan irama yang masih kemarin

siantar, kota berlaksa kenangan
ada cinta dan kehilangan
bersalut luka berdarah darah
memerih dada

yang hadir lewat mimpi

wajah wajah usang berlintasan
 tanpa senyum jemawa
tanpa kuasa seperti
saat mematah ranting ranting smaraku

mengapa datang mengetuk pintu
tanpa nestapa yang dulu
kau saji nikmat buatku pilu

tak pernah dengan setengah hati

Selasa, 15 Mei 2012


meninting siang...
perempuan dipagut sepi
menggenapi tahun samsara nan merangkak remaja
bukan lagi sebab kehilangan

sekelebat kenangan singgah
arjuna menyusun bantal di kakinya
senyum sentuhnya leraikan derita
tapi,...di mana ia
kini?

Pelajaran dari Sahabat

 oleh : Reca Ence Ar
 

Saya hanya bisa melongo, ketika melihat dia duduk di kursi roda dengan tangan kiri sedikit kaku dan yang kanan lemas terkulai, kedua bibirnya sudah tidak simetris lagi, sementara kepalanya sudah tidak tegap sempurna. Tatapannya tajam memandangku, ada binar kegembiraan terpancar dan sedikit lelehan air di ujung matanya.

“Kris….” Sapaku sambil kudekati dan ku peluk erat, ku usap-usap punggungnya, walau dia tidak membalas erat pelukanku, tapi getaran rasa kangen yang sangat seorang sahabat sangat terasa.

“Maafkan gue, baru nengok, Widya yang ngabarin, kalau lo sakit”

Jangan Abaikan Gejala Stroke Awal

Senin, 14 Mei 2012

Oleh : Dr. Hendrawan Nadesul

Ada sejumlah gejala dan tanda awal stroke yang mudah dikenali. Namun, karena tidak tahu, hal penting dan berharga itu sering diabaikan. Bila saja gejala dan tanda permulaan stroke diwaspadai, stroke tidak perlu muncul. Apa saja yang perlu diwaspadai.?

(Tuan Kus 59 tahun, mendadak suka mengaruk-garuk perutnya sendiri, tanpa ia menyadari, Pak Sur mantan pejabat, sekarang 54 tahun, mengeluh tulisan tangannya makin buruk. Bukan hanya itu, ia tak terampil lagi mengancing baju, kesulitan memasang tali sepatu., dan tak tangkas memakai sandal jepit. Dan itu sudah berlangsung lebih setengan tahun tanpa ia hiraukan.. Tak sadar kalau itu tanda awal stroke yang kini terlanjur dideritanya. Kalau saja Pak Surd an Tuan Kus tahu bahwa itu gejala dan tanda awal stroke, tentu tidak perlu menderita stroke.Mestinya gejala dan tanda pendahuluan stroke dijadikan peringatan belaka. Artinya, masih cukup waktu untuk mencegah stoke tidak muncul)

lagi, tentang luka

Minggu, 13 Mei 2012


sebab luka masih saja rindu
maka kutitikkan aromanya pada nadi
agar sempurnalah ia mesra mencumbuku!

aku bahkan lupa bersenandung
rindu serupa gunung dalam peluk kabut
dingin beku membiru
diam tiada gumam

saat kata kehilangan makna

bedebah sampah!
enyahlah!
aku muak dengar bacutmu
merayu serupa madu


aku jijik liat bulu matamu
bekerjap menanti detik orgasme
saat lelaki demi lelaki ejakulasi di ujung kakimu


jangan bicara cinta
sebab kau tak punya!

Karam

apa yang dapat aku lukis tentang malam,
sebab langit gelap dan alam bisu 


sepiku beriak merindu dan ingin menujumu
namun tiada bintang kejora sebagai pemandu

perahuku oleng oleh angin menderu
mengempas, tak sempat berayun dan mengalun

Senja yang Basah

Tak mengapa, jika hujan sore ini menutupi saga senja
Di mana selalu kutitip pesan rindu
Di situ buatmu di hujan yang tak gerimis ini
Engkau aku berkabut di lebatnya
Menyatukan rasa memadukan sukma kunci bibirku dengan hangat bibirmu
Kita diam tanpa kata di situ
Hanya debar dada basah bercerita

 
 
 

Ruang Komentar

Bunga Kesayangan

Bunga Kesayangan

Popular Post

 
Copyright © Ruang-ruang Hati